Rabu, 07 Maret 2012

ADROID MARKET BERUBAH MEJADI GOOGLE PLAY



Google melakukan pengembangan Android Market, dan mengubahnya menjadi Google Play. Ini merupakan sumber yang lebih komprehensif untuk mendapatkan film, aplikasi, musik, dan ebook dalam satu fitur. 

Menurut Direktur Konten Digital Google, Jamie Rosenboerg, perubahan Android Market menjadi Google Play itu akan mulai berlaku hari ini.

Google Play menandai permulaan radikal dari Android Market, sejak debut Android lebih dari tiga tahun lalu. Dengan layanan ini, Google merancang Google Play untuk meruntuhkan tembok pemisah dari sejumlah layanan penawaran yang dimiliki Google.

"Google Play akan menjadi pengalaman tunggal bagi pengguna," kata Rosenberg. "Ini menciptakan pengalaman yang lebih kuat di Android dan juga meningkatkan kesempatan bagi mitra konten untuk berinteraksi dengan banyak penawaran Google," sambungnya.

Pergeseran branding ini mengejutkan, mengingat sumber daya dan energi yang dihabiskan Google dalam membangun brand Android. Selama ini, Android Market memang melekat menjadi sebuah brand unik di sistem operasi mobile Google, dan butuh waktu untuk rebranding Google Play.

Langkah ini seperti menjawab kritikan yang diajukan kepada layanan terpisah Google. Selama ini, Google terkesan tidak melakukan sinkronisasi layanan sejenis, misalnya antara Google Music dengan video musik di YouTube.

Ketika eksekutif Google setuju dengan konsep Google Music sebagai label pada 2010 dan 2011, mereka juga membicarakan integrasi layanan dengan YouTube. Tapi hingga sekarang layanan itu tidak pernah digabungkan.

Dengan pembentukan Google Play, Rosenberg mengatakan musik tidak akan lagi menjadi layanan mandiri.

Walau terbilang sukses sebagai sebuah platform, Android Market berjuang keras untuk menyaingi pendapatan Apple App Store. Sejak diluncurkan pada Oktober 2008, pendapatan Android Market selalu di belakang Apple App Store.

Bulan lalu, Distimo, sebuah perusahaan yang melacak data pada toko aplikasi, melaporkan bahwa iOS App Store milik Apple menghasilkan pendapatan empat kali lipat dari total pendapatan Android Market.

Akibatnya, pengembang terpaksa untuk mengubah model bisnis mereka dengan mengandalkan iklan mobile, dan bukan pembayaran di depan. Pengembang bahkan ada yang memiliki model bisnis "freemium", yaitu memberikan aplikasi gratis untuk sementara, namun mesti bayar jika ingin meningkatkan level permainan atau menambah senjata di permainan.

Research In Motion, yang memiliki etalase yang jauh lebih kecil dari Android Market, BlackBerry App World, bahkan mengatakan toko aplikasi mereka lebih menguntungkan bagi pengembang, ketimbang membuat aplikasi untuk Android.
Pelanggan Musik

Tidak signifikannya Android Market juga dikabarkan merembet ke Google Music. Seorang sumber dari industri musik mengatakan Google Music belum memenuhi harapan pada pendapatan atau adopsi pelanggan. Google Music sebenarnya dianggap kehilangan pelanggan.

Rosenberg menolak untuk membahas pendapatan, tetapi dia membantah bahwa layanan ini kehilangan pelanggan. Google Music disebut Rosenberg memiliki lebih dari 4 juta pengguna.

Dia menekankan bahwa strategi Google Play, mungkin akan memakan waktu beberapa hari untuk memaparkan di platform Android. Ini juga tidak tidak akan mengubah data pustaka atau playlist.

Meskipun demikian, diubahnya Android Market ke Google Play tidak memperlihatkan gagalnya Android. Bundling semua layanan Android ke dalam satu area dan di bawah satu merek dinilai akan membuat lebih mudah untuk dijual ke pasar. Strategi ini bisa membuat Google Play lebih kompetitif dengan Apple iTunes.


• VIVAnews 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar